Mau bagi-bagi ilmu ni . Makalah untuk refrensi dalam belajar Mata Kuliah PENGEMBANGAN IPS DI SD. Judulnya
Konsep-Konsep IPS (Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Sosiologi, Antropologi) Dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global . Semoga Bermanfaat Bagi yang lagi kuliah di PGSD manapun . Salam dari mahasiswa PGSD FKIP UNTAN :) (y)
BAB I
Pendahuluan
I.
Latar Belakang
Pada
dasarnya manusia hidup adalah saling membutuhkan, saling bergantung dengan
manusia yang lainnya dapat juga dikatakan sebagai hubungan sosial. Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) pengalaman
atau pengetahuan yang melekat pada diri seseorang tersebut dapat dirangkum
sebagai pengetahuan sosial. Tujuan utama Pendidikan IPS adalah menyiapkan
peserta didik sebagai anggota masyarakat
dan warga Negara yang baik serta memberi dasar pengetahuan sosial untuk kelanjutan
jenjang diatasnya. Di Perguruan Tinggi,
IPS memberikan kepada para mahasiswa agar supaya menghasilkan guru IPS yang
dapat menguasai konsep-konsep dasar secara esensial tentang ilmu-ilmu sosial
dan mampu membelajarkan kepada peserta didiknya secara bermakna (Udin S.
Winaputra . 2003).
IPS
sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial yang dikembangkan dalam bentuk kurikulum
akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin Ilmu, contohnya
Geografi, Ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi secara terpisah.
II.
Masalah
1. Bagaimana
konsep geografi dalam konteks lokal, nasional, dan global ?
2. Bagaimana
konsep sejarah dalam konteks lokal, nasional, dan global ?
3. Bagaimana
konsep ekonomi dalam konteks lokal, nasional, dan global ?
4. Bagaimana
konsep sosiologi dalam konteks lokal, nasional, dan global ?
5. Bagaimana
konsep antropologi dalam konteks lokal, nasional, dan global ?
6. Apa
perbedaan dari nilai dan sikap ?
7. Bagaimana
hubungan antara nilai, sikap ,dan prilaku ?
8. Bagaimana
contoh cara menanamkan nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS ?
III.
Tujuan
Untuk
mengetahui konsep pembelajaran IPS (Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan
Antropologi) dalam konteks lokal, nasional, dan global serta mengembangkan
keterampilan nilai dan sikapnya kepada peserta didik..
BAB II
Pembahasan
Konsep-Konsep IPS (Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Sosiologi, Antropologi) Dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Subunit 1
Konsep-Konsep IPS (Geografi, Sejarah, Ekonomi,
Sosiologi, Antropologi) Dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
A. Menumbuhkan
Kepekaan Sosial melalui Belajar IPS
Dewasa
ini kepedulian sosial warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun.
Antara anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah
dilaksanakan oleh generasi kita dahulu sudah mulai luntur.
Nilai-nilai
hidup yang penuh dengan rasa kebersamaan, rasa simpati, dan empati pada orang
lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai
memudar. Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga
sudah mulai meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut
unggah-ungguh. Perilaku hidup yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih
banyak ditampilkan daripada berprilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi.
Apabila ada pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dengan uang untuk menghargai
pekerjaan secara professional.
Pada
anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui
konsep-konsep ilmu sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan
dan keterampilan untuk dapat bersikap dan menjawab tantangan serta problematika
sosial yang ada dilingkungan siswa. Guru IPS harus dapat melihat isu-isu dan
permasalahan sosial yang sedang berkembang, khususnya di lingkungan siswa guna
dijadikan bahan mengajar dikelas. Hal ini juga akan membuat mata pelajaran IPS
menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari
buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa
dilingkungannya.
B. Konsep
Geografi dealam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Secara
harfiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi
berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi
secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad
Hoc Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem
lingkungan alam terorganisasi di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar
di permukaan bumi, itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama
manusia.
Dari
dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat dipermukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun
manusia yang meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain.
Geografi selau meninjau lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi
termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya..
Geografi
adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang
tiga dimensi terdiri atas muka bumi yang berupa darat atau perairan serta udara
diatasnya.
Ruang
dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu,
lapisan batuan sampai kedalam tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang
terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan
yang bertahap dari tingkat lokal, regional, sampai global.
Melalui
proses pengamatan perspektif global,anda dapat menyaksikan bahwa perkampungan
satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang lebih luas
dari perkampuangan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan satu
dengan perkampungan yang lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau
transportasi, juga karena arus manusia dan barang.
Disini
terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia)
dan saling ketergantungan (interdepedensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Dalam keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas
pada ruang yang disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada
kawasan-kawasan yang lebih luas.
Selain
areal atau kawasannya yang makin luas, isi kota itu juga mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan,
jumlah penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan.
Dari
pembahasan, konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan
lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena
itu, konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian
region atau wilayah atau kawasan menurut Peter Hagget adalah bagian dari
permukaan bumi, baik ilmiah maupun binaan manusia yang membedakan diri dari
areal yang disekitarnya. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi
pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri,
jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata
air, tatanan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan
cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkal analisis perspektif region ini, anda
akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota kecil.
Perkembangan
dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi antar
regional di dalam provinsi dan didalam negri, melainkan juga menembus
batas-batas negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi,
dan juga media elektronika,. Interaksi keruangan antar regional ini tercermin
dari pakaian, makanan, kesenian, dan perdagangan.
Berdasarkan
analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang terjadi
secara regional dikawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara yang
berlebihan dikawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang
bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi seluruh dunia, contohnya
pemanasan global.
C. Konsep
Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sejarah
dan geografi merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah mempertanyakan
suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika
tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu
dengan ruang saling melengkapi.
Konsep
sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari sudut
pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan,
perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki
dampak luas terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam
pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang
akan datang.
Bangunan-bangunan
bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekah, Piramida di Mesir,
adalah beberapa bangunan Keajaiban Dunia , tidak hanya bernilai dan bermakna
sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat.
Berbagai
perang diberbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai
peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan
ngerinya pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global,
dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya, ternyata setelah selesai
perang tersebut menjadi alat pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat
secara global.
Pertemuan
Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain Konferensi
Asia Afrika, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai
kemanusiaan yang meningkatkan “martabat” manusia dikawasan ini.
D. Konsep
Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Menurut
H. W Arndt dan Gerardo P. Sicat (Nursid Sumaadmadja), Ilmu ekonomi adalah suatu
studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok
masyarakat menentukan pilihan.
Untuk
memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas, namun sumber daya yang
dapat digunakan terbatas. oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai
berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara
penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan).
Pembahasan
ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi :
1. Menentukan
pilihan
2. Keinginan
yang tidak terbatas
3. Persediaan
sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka
4. Kegunaan
alternatif sumber daya
5. Penggunaan
hari ini dan hari esok
Telah
jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok.
Sedangkan apa yang diprediksikan berkenaan dengan keinginan yang cenderung
tidak terbatas, persediaan sumber daya terbatas bahkan langka, dan adanya
penggunaan alternatif sumber daya.
Sumber
daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga
persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat
karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas.
kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi
masalah global. Disini dituntut kiat-kiat ekonomi untuk menciptakan
keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan diproduksi dilain pihak. Salah
satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan iptek berupaya mencari jalan
keluar dari masalah tersebut.
Dilema
besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai
pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang
kehidupan-kehidupan secara berkelanjutan. Dalam menghadapi dilema yang
demikian, kebutuhan kita sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu pertama
kita harus menguasai teknologi tersebut, kedua menstabilkan penduduk, dan
ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup produktif dan sejahtera
secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang.
Dalam
kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan baik
ekonomi, sosial, budaya, politik maupun
lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan
kehidupan dengan lingkungannya.
Oleh
karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar
bebas,. Beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan
kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan
akhlak yang tinggi.
E. Konsep
Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian
Sosiologi
Menurut Pitirin Sorokin,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, dll). Selo Sumardjan menyatakan
bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta
lapisan-lapisan sosial.
Jadi sosiologi merupakan ilmu sosial
yang obyeknya adalah masyarakat,dan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah :
a) Sosiologi
bersifat empirik
b) Sosiologi
bersifat teoritis
c) Sosiologi
bersifat nonetis
Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Kelanjutan interaksi sosial terjadi interelasi sosial yang akhirnya
membentuk kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpengaruh
terhadap kehidupan individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang
berinteraksi dari kelompok-kelompok sosialnya.
2. Ruang
Lingkup Sosiologi
Dalam
sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk
oleh manusia sendiri, atau yang disebut dengan lingkungan sosial. Apabila
hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan
terjadi interaksi sosial.
Berhubungan
dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak pengkhususan atau
spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial, dimana
sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu
sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri
tertentu, ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama,
merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya adalah menemukan
hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberikan keterangan
tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi, ruang lingkup sosiologi adalah
(1) sosiologi berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe / bentuk-bentuk relasi
sosial; (2) sosiologi berusaha menemukan relasi faktor antara faktor-faktor
atau bagian-bagian dari kehidupan sosial misalnya relasi antara faktor politik
dan ekonomi.
Kedua,
sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif.
Artinya bahwa sosiologi membatasi pada persoalan “apa” dan “mengapa”, tetapi
tidak pada persoalan “bagaimana seharusnya”.
Ketiga,
sosiologi adalah ilmu pengetahuan “murni” bukan ilmu yang diterapkan, artinya
tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat
manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu.
Keempat,
sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada
bentuk-bentuk dan pola-pola yang diambil dari suatu pola.
Kelima,
sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang ,mencari generalisasi. Artinya sosiologi
mencari prinsip-prinsip umum tentang interaksi dan kumpulan manusia, tentang
sifat, bentuk, isi, dan struktur
kelompok-kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya.
Ada
beberapa definisi mengenai pengertian masyarakat, mislanya Ralph Linton menyatakan
bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja
sama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap
diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Dari
definisi tersebut, masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Manusia
yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama
b) Bercampur
untuk yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok
tersebut
c) Mereka
sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan
d) Mereka
merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinta
terikat antara satu dengan yang lainnya
Park
dan Burgess adalah ahli sosiologi, menganalisis interaksi sosial sebagai proses
sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori :
a) Komunikasi
b) Konflik
c) Kompetisi
d) Akomodasi
e) Asimilasi
f) Kooperasi
Interaksi
adalah dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana manusia
tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang
menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan
penerimaan dari stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan, atau
tanda-tanda lain.
Motif
interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya,
politik, dan juga motifnya bisa majemuk. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang
berinteraksi bisa sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan
konsumen motif ekonominya.
3. Konsep
Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sebagai
dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan
komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya
jaringan jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin
cepat dan meluas. Kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV,
Radio, telepon, dan internet) telah makin mengintensifkan interaksi sosial
tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu dampaknya yaitu pakaian,
makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh masyarakat tertentu,
tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional, maupun
global.
Tatanan
nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk punggung,
tegur sapa ala Eropa, sampai dengan berciuman antar keluarga, antar teman, dan
sebagainya. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional,
sekarang berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar
kesegala penjuru dunia, misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain lain.
Pertukaran
pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat daerah,
nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu
akan berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif
pertukaran pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial
yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial
dimasyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif
dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan
yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara
pemecahannya.
F. Konsep
Antropogi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian
Antropologi
Secara
harfiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat
ditinjau dari dua segi yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Antropologi,
khususnya antropologi budaya oleh Koentjaraningrat dikatakan sebagai pengganti
ilmu budaya, merupakan studi tentang manusia dan kebudayaannya. Menurut Koentjaraningrat
dalam perkembangannya, antropologi dibagi atas empat fase:
Fase
pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan
yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa diluar Eropa.
Fase
kedua (kira-kira pertengahan abad ke-19), timbul karangan-karangan yang
menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat.
Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi)
dalam jangka waktu yang sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai
bentuk masyarakat tertinggi.
Fase
ketiga (permulaan abad ke-20), pada saat ilmu antropologi dirasa penting karena
bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya diluar Eropa. Sehingga
antropologi menjadi ilmu praktis untuk penjajah.
Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930),
antropologi mengalami perkembangan luas , karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode
ilmiahnya. Mengenai tujuan antropologi pada fase keempat ini adalah :
a) Akademikal
b) Praktis
2. Ruang
Lingkup Antropologi
Dilihat
dari sudut antropologinya, manusia dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut
biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah
melainkan holistik artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di
Amerika Serikat, Antropologi telah berkembang luas hingga ruang lingkup dan
batas lapangan penyelidikannya paling sedikit mempunyai lima masalah penelitian
khusus yaitu :
a) Sejarah
asal dan perkembangannya manusia secara biologis
b) Sejarah
terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya
c) Sejarah
asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan manusia
diseluruh dunia
d) Perkembangan,
penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan manusia di seluruh dunia
e) Mengenai
asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku
bangsa yang tersebar diseluruh dunia
3. Konsep
Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Pada
hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya
dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup,
selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai
mengglobal.
Perkembangan
aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan perkembangan
aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita telah
melihat perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa
yang lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya
yang terus berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya
adalah iptek. Hanya saja disini wajib kita sadari bahwa iptek itu produk akal
pikiran manusia sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan iptek,
justru sebaliknya manusia yang mengendalikan iptek.
Subunit 2
Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS SD
A. Pentingnya
Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
1. Pengertian
Nilai dan Sikap
Menurut
Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-hal
penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan,
kepercayaan, norma, dan kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang atau
kelompok masyarakat.
Adapun
menurut Sandin, bahwa sistem nilai seseorang terdiri dari seperangkat
asumsi-asumsi, pengertian-pengertian, keyakinan, dan komitmen kita untuk
mengarahkan pilihan prilaku. Secara teoritis Sandin mengklasifikasikan nilai
menjadi:
a. Nilai-nilai
hedonik
b. Niali-nilai
estetika
c. Nilai
etika
d. Nilai-nilai
religious
e. Nilai-nilai
logika
Apabila
dilihat dari sifatnya, nilai dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Nilai
yang memiliki sifat relatif stabil
b. Nilai
sebagai suatu bentuk keyakinan
c. Nilai
memiliki dua kategori yaitu nilai instrumental dan nilai terminal
d. Nilai-nilai
disusun atau diorganisasikan kedalam bentuk suatu sistem nilai
Sehubungan
dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan pengertian sistem nilai budaya
yaitu suatu sistem nilai budaya yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup
dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang
harus mereka anggap untuk bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai
budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Kita
dapat menarik kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran tentang
baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat.
Nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila
ditinjau sebagai sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan masyarakat yang
lebih tinggi tingkatnya daripada norma sosial, karena norma sosial itu juga
bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai.
Sistem
nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling
utama adalah Pancasila. Bagi dunia
pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional. Dengan demikian,
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila harus ditanamkan dalam
pengajaran IPS.
Sikap
merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Dalam perkembangannya, sebagian
besar pakar berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah
perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek, komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan menjadi pegangan seseorang. Sedangkan
komponen konatif, adalah kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu terhadap suatu obyek.
Sikap
adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak, sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam
menanggapi obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito).
Selanjutnya Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi
atau keadaan mental jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi terhadap
lingkungannya.
Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap atau sikap mental
adanya pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota
masyarakat. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat
dipengaruhi oleh sistem nilai. Pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan, khususnya pengajaran IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk
membina sikap mental anak didik.
2. Pembentukan
Sikap
Dalam
berbagai kasus kehidupan memang sukat dibedakan antara pembentukan sikap dan
perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat Freedman
et.al, bahwa senantiasa sikap menjadi sasaran perubahan, walaupun suatu
sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang lama. Ada tiga model belajar dalam
rangka pembentukan sikap yaitu :
a. Mengamati
dan meniru
Pembelajaran
model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Berdasarkan kenyataan,
bahwa mayoritas prilaku manusia dipelajari melalui model yaitu dengan mengamati
dan meniru prilaku atau perubahan orang lain, terutama orang-orang yang
berpengaruh. Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola
sikap dan prilaku yang seesuai dengan orang yang ditiru.
b. Menerima
penguatan
Pembelajaran
model ini berlangsung melalui pembiasaan operan yaitu dengan menerima atau
tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga
dapat berupa hadiah dan dapat juga berupa hukuman.
c. Menerima
informasi verbal
Informasi
tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan ataupun tulisan. Informasi
tentang suatu obyek yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan
sikapnya terhadap obyek yang bersangkutan.
3. Teori
Perubahan Sikap
Teori
perubahan sikap itu ada bermacam-macam, yaitu :
a. Teori
Pembelajaran (Learning Theory)
Teori
pembelajaran melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembelajaran. Teori
ini tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam suatu
proses komunikasi. Menurut Yale (the Yale communication and change program),
yaitu program komunikasi dan perubahan sikap, telah memberikan sumbangan besar
terhadap perkembangan teori ini.
Program
Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi
pengaruh terhadap sikap seseorang. Menurut program Yale, ada empat unsur dalam
proses pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu :
1) Penyampai,
sebagai informasi baru
2) Komunikasi
atau informasi yang disampaikan
3) Penerima
4) Situasi
Kesan
gangguan atas informasi yang disampaikan sebenarnya tergantung kepada tingkat
perhatian penerima. Seandainya penerima memberi perhatian penuh terhadap
gangguan, maka pengaruh pembujukan menjadi lemah atau bahkan tidak mempengaruhi
sama sekali. Sebaliknya, jika penerima member perhatian yang lebih besar
terhadap informasi yang disampaikan, gangguan akan memperkuat pembujukan dan
akan memberi pengaruh terhadap perubahan sikap.
b. Teori
Fungsional ( Functional Theory)
Teori fungsional mengasumsikan
bahwa manusia mempertahanan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dirinya sendiri.
Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu maksud atau tujuan yang
ingin dicapainya. Berdasarkan teori ini, sikap merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, untuk merubah sikap seseorang , terlebih dahulu harus
dipelajari dan diketahui kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang ingin
dicapai.
Memenuhi teori fungsional,
perubahan sikap terjadi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan individu. Ada
beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan individu, yaitu
:
1) Sebagai
alat (instrumental), dengan perubahan sikap diharapkan akan memperoleh hadiah
yang sebesar-besarnya dan hukuman yang sekecil-kecilnya.
2) Sebagai
pertahanan diri (ego-defensive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya
3) Sebagai
pernyataan nilai (value-expressive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk menyatakan sikap yang selaras dengan nilai-nilai utama bagi
dirinya
4) Sebagai
pengetahuan ( knowledge), perubahan sikap didasarkan pada keperluan seseorang
untuk mendapatkan informasi, dan menyusunya dengan cara yang dapat member makna
bagi dirinya dalam rangka penyesuaian diri dan memberikan sumbangan untuk
kebaikan lingkungan hidupnya.
c. Teori
Pertimbangan Sosial
Menurut
teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau
pendefinisian kembali terhadap obyek. Sikap adalah sebagai suatu daerah posisi
dalam suatu skala, yang mencakup ruang gerak
penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti (letitude
of noncommitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of rejection). Proses
perubahan sikap tergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu
pandangan. Seandainya individu berpegang pada pandangan ekstrim dalam suatu hal,
maka ruang gerak penerimaannya sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya
perubahan sikap bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya individu
yang tidak begitu kuat berpegang ada suatu pandangan memiliki ruang gerak
penerimaan yang lebih luas. Semakin ruang gerak penerimaan seseorang, maka
semakin besar pula kemungkinan yang terjadi perubahan sikap pada individu yang
bersangkutan.
B. Hubungan
Antara Sikap, Nilai, dan Prilaku
Hubungan
antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai
lebih bersifat global daripada sikap lain. Pendapat lain mengatakan nilai
merupakan sasaran yang lebih abstrak, yang ingin dicapai oleh seseorang. Oleh
karena itu, nilai tidak mempunyai obyek yang spesifik , seperti dalam sikap.
Nilai
mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan
penilaian terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang
tersebut. Melalui proses inilah , nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi
lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, pengajaran dan
penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap dan
kepribadian siswa.
Perilaku
(behavior) dapat didefinisikan sebagai proses memberi reaksi terhadap suatu
stimulus dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku juga dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas anggota badan. Berdasar batasan ini prilaku
merujuk kepada kegiatan lahir yang dapat diamati dengan pancaindera. Namun demikian
prilaku juga dapat merujuk kepada aktivitas internal yang tidak dapat dilihat
misalnya berpikir. Sikap pada hakikatnya
merupakan prilaku internal. Individu dapat mengekspresikan sikap sebagai
prilaku internal dalam bentuk prilaku eksternal.
Nilai
dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan prilaku seseorang.
Konsistensi hubungan antara sikap dan prilaku ditentukan oleh dua faktor yaitu
motivasi dan kesempatan. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk
berpikir tentang sesuatu obyek serta memiliki kesempatan untuk berbuat, maka
sikap akan memberi pengaruh kepada prilakunya. Pendapat tersebut sejalan dengan
teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa sikap dan nilai subyektif secara
bersama-sama menentukan munculnya suatu prilaku.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan prilaku itu sangat erat
kaitannya. Nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya
terhadap sesuatu obyek. Selanjutnya sikap akan mempengaruhi perilaku dan
perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti yang dijelaskan diatas bahwa
konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi, jika
terpenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Penanaman
Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
Penanaman
sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat
dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat.
Dengan kata lain, strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan
untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik.
Materi
dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode ,
digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang
baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah
pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dan
lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur.
Penanaman
nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang
berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin
tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya.
Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin
dapat memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh
karena itu, ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan
mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut
Paul Suparno, SJ. Sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih
mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga
masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu
antara lain sebagai berikut :
1) Sikap
penghargaan kepada setiap manusia
2) Sikap
tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan
tepat janji
3) Sikap
demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain
yang berbeda
4) Kebebasan
dan tanggung jawab
5) Penghargaan
terhadap alam
6) Penghormatan
kepada sang pencipta
7) Beberapa
sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat,
mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.
Sikap
mental dan tingkah laku tersebut diatas harus selalu dikembangkan. Dalam
pengembangnnya harus dijiwai oleh nilai-nilai yang luhur dan latihan
mengungkapkan sikap mental secara baik, terarah, dan terpuji. Kesadaran dan
penghayatan siswa terhadap nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup
bangsa Indonesia harus ditanamkan secara berkesinambungan, sehingga sikap
mental siswa menjadi benar-benar memancarkan kebenaran, keluhuran, dan tanggung
jawab.
Pada
jenjang SD sudah harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman
alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah,
unsur-unsur permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada
tahap ini, siswa harus dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama,
bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu pengetahuan.
Nilai-nilai
yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara memperkenalkan
mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan unsur
pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kepahlawanan
harus sudah mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian.
Cerita dan dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan
penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada
kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus
dipilih yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan
dalam kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat
individu maupun kelompok, diskusi, dan Tanya jawab , keteraturan, kebersamaan
dalam kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik, yang bersifat
individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya jawab merupakan metode yang cocok
untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran IPS.
Penanaman
nilai dan sikap kepada siswa itu penting, ungkapan ini senada dengan tujuan
pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga mengembangkan
keterampilan dan menanamkan nilai dan sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy
dalam dalam (Kosasih Djahiri dan Fatimah Ma’mun) mengemukakan rumus sebagai
berikut :
P
(Pengetahuan ) + S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan).
Hal
ini menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan dan satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita ajarkan atau
kita bina kepada siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula.
Namun harus kita sadari bahwa tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat
aspek itu dalam pengajaran suatu konsep.
Hal
ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu, nilai-nilai
sopan santun, baik, dan buruk, adil dan tidak adil, dan sebagainya dapat
ditanankan kepada siswa dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan
melalui cara-cara kritis rasional dalam proses belajar mengajar dan ditanamkan
secara bertahap.
Penanaman
nilai melalui drilling atau hafalan semua tidaklah tepat, sebab siswa menerima
suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau
berusaha kearah merubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa
keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh
kesadaran nilai siswa itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang
dapat diterima siswa itu, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi milik dan
keyakinan yang tidak mudah berubah.
Pengajaran
IPS pada hakikatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi siswa.
Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya
mampu meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima), dan/mempraktekkan
nilai-nilai umum yang berlaku dimasyarakat. Setiap konsep/topik/tema/pelajaran
IPS memiliki nilai-nilai tertentu yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, dan
ditelaah dan cocok dengan dirinya, diproses menjadi miliknya untuk kemudian
digunakan sebagai pola atau barometer perbuatannya dalam hidupnya. Kalau nilai dan
sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara yang wajar.
BAB III
Penutup
I.
Kesimpulan
Konsep
geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal semata, melainkan
telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi ini
dapat disebut sebagai tingkat regional.
Konsep
sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari sudut
pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan,
perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki
dampak luas terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam
pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang
akan datang.
Sumber
daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga
persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat
karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas.
kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi
masalah global.
Akibat
interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan
perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan
kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai,
jika perlu kita cari cara pemecahannya.
Pada
hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya
dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup,
selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal.
Nilai
mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan
penilaian terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang
tersebut. Melalui proses inilah , nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi
lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, pengajaran dan
penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap dan
kepribadian siswa.
trims put..sdh berbagi
BalasHapustolong dimasukan juga daftar pustakanya. trims
BalasHapus
BalasHapusthanks infonya kak
Pabrik Karawang